SN – Kolera menyebar di negeri Sudan yang dilanda perang, menewaskan sedikitnya 388 orang dan membuat sekitar 13.000 lainnya sakit selama dua bulan terakhir, kata otoritas kesehatan Sudan. Sementara itu lebih dari 17 bulan pertempuran antara militer dan kelompok paramiliter tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Penyakit ini menyebar di daerah-daerah yang hancur akibat hujan lebat dan banjir baru-baru ini, khususnya di Sudan timur, tempat jutaan orang mengungsi akibat perang.
Laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Sudan menunjukan, korban akibat kolera termasuk 6 orang meninggal dan sekitar 400 orang sakit hingga selasa (24/08/2024) kemarin. Penyakit tersebut terdeteksi di 10 provinsi dari 18 provinsi yang ada di negara itu, dengan provinsi Kassala dan al-Qadarif di bagian timur menjadi yang paling parah terkena dampak, kata Kementerian Kesehatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kolera adalah infeksi yang berkembang cepat dan sangat menular yang menyebabkan diare, kolera mengakibatkan dehidrasi parah dan kemungkinan kematian dalam hitungan jam jika tidak diobati. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Penyakit ini umum terjadi di Sudan. Wabah besar sebelumnya telah menewaskan sedikitnya 700 orang dan membuat sekitar 22.000 orang sakit dalam waktu kurang dari dua bulan pada tahun 2017.
Sudan terjerumus ke dalam kekacauan pada bulan April tahun 2023 lalu ketika ketegangan yang membara antara militer dan kelompok paramiliter yang kuat, meledak menjadi perang terbuka di seluruh negeri.
Baca Juga : Israel membombardir Hizbullah, Ratusan Orang Tewas Puluhan Ribu Mengungsi
Peperangan tersebut menghancurkan ibu kota Khartoum dan wilayah perkotaan lainnya, peperangan telah ditandai oleh kekejaman termasuk pemerkosaan massal dan pembunuhan bermotif etnis yang merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, terutama di wilayah barat Darfur, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok hak asasi internasional.
Menurut PBB, perang ini telah menewaskan sedikitnya 20.000 orang dan melukai puluhan ribu lainnya. Namun, kelompok hak asasi manusia dan aktivis mengatakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.
Krisis pengungsian
Perang di Sudan juga telah menciptakan krisis pengungsian terbesar di dunia. Lebih dari 13 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran dimulai, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi. Masyarakat Sudan yang mengungsi termasuk lebih dari 2,3 juta orang yang melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Banjir musiman dan kolera yang dahsyat telah memperparah penderitaan rakyat Sudan. Setidaknya 225 orang tewas dan sekitar 900 lainnya terluka akibat banjir, kata Kementerian Kesehatan. Infrastruktur penting telah hanyut dalam banjir dan lebih dari 76.000 rumah telah hancur atau rusak.
Kelaparan juga dipastikan terjadi pada bulan Juli di kamp pengungsi Zamzam, yang terletak sekitar 15 kilometer dari ibu kota Darfur Utara yang dilanda perang, menurut para ahli global dari Komite Peninjauan Kelaparan. Masih menurut Komite Peninjauan Kelaparan, sekitar 25,6 juta orang, lebih dari separuh populasi Sudan, akan menghadapi kelaparan akut tahun ini.
Sementara itu, pertempuran masih terus berkecamuk di al-Fasher, kota besar terakhir di Darfur yang masih dikuasai militer. Al-Fasher adalah kota penting yang telah diupayakan untuk direbut oleh pasukan paramiliter sejak awal tahun ini.
Minggu lalu, pasukan paramiliter dan milisi Arab sekutunya, melancarkan serangan baru ke kota itu. Di sisi lain pihak Militer Sudan mengatakan, pasukannya telah berhasil menangkis serangan itu dan menewaskan ratusan pejuang paramiliter, termasuk dua komandan senior mereka. (Red)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.