Pasar Saham Amerika Kembali Pulih Setelah Lalui Badai Fluktuatif

pasar saham
Wall Street (AP)

SN – Setelah melalui salah satu pekan paling fluktuatif dalam sejarah pasar saham modern, indeks-indeks utama Wall Street di Amerika, ditutup menguat pada hari Jumat (11/04/2025) kemarin. Investor tampak mengesampingkan kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, setidaknya untuk sementara waktu.

Indeks S&P 500 tercatat naik sebesar 95 poin atau 1,8% menjadi 5.363, sementara itu, Dow Jones Industrial Average mengalami peningkatan sebesar 619 poin (1,6%) dan Nasdaq Composite mencatat lonjakan 2,1%.

Advertisement
Iklan Disini
Scroll kebawah untuk lihat konten

Menurut data dari FactSet, pergerakan ini menandai kinerja mingguan terbaik bagi S&P 500 sejak November 2023, dan bagi Nasdaq sejak November 2022.

Meski demikian, para ekonom memperingatkan bahwa konflik dagang yang berkembang pesat antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini berpotensi menekan pertumbuhan global secara signifikan.

Rollercoaster mungkin bukan istilah teknis, tetapi merupakan deskripsi yang akurat untuk menggambarkan dinamika pasar ekuitas selama sepekan terakhir,” ujar Adam Turnquist, Kepala Strategi Teknis di LPL Financial, melalui surat elektronik kepada para klien.

Peningkatan optimisme pasar terjadi di tengah pengumuman kebijakan baru dari Beijing. Pemerintah Tiongkok mengonfirmasi kenaikan tarif terhadap berbagai produk asal Amerika Serikat hingga mencapai 125%, sebagai respons terhadap kebijakan tarif serupa yang sebelumnya diumumkan Presiden Trump, di mana beberapa produk asal Tiongkok dikenai tarif hingga 145%.

Dalam pernyataan resmi, Kementerian Keuangan Tiongkok menilai bahwa kebijakan tarif tinggi yang terus berubah-ubah dari Washington merupakan “permainan angka yang tidak memiliki dasar ekonomi yang kuat” dan dapat dianggap sebagai kegagalan dalam sejarah kebijakan ekonomi global. Meski demikian, otoritas Tiongkok juga memperingatkan bahwa apabila terdapat pelanggaran serius terhadap kepentingan nasional, pihaknya akan “melawan dengan tegas hingga akhir.”

Baca Juga :  Wali Kota Kupang Beri Sambutan Dalam Perayaan Hari Musik Nasional

Ketegangan juga berdampak pada pasar obligasi Amerika Serikat, yang selama sepekan menunjukkan tanda-tanda dislokasi signifikan. John Higgins, Kepala Ekonom Pasar di Capital Economics, mencatat bahwa langkah balasan Tiongkok meningkatkan tekanan terhadap pasar ekuitas dan nilai tukar dolar, sementara ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter turut mempengaruhi volatilitas pasar obligasi.

Harga emas mencatat kenaikan lebih dari 2% pada hari Jumat, mencapai USD 3.250 per ons, seiring dengan meningkatnya minat investor terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.

Meski terjadi pemulihan pada akhir pekan, indeks-indeks utama masih mencatatkan penurunan signifikan dari puncaknya pada Februari lalu. S&P 500 berada hampir 13% di bawah rekor tertingginya, sementara Dow Jones dan Nasdaq masing-masing melemah sekitar 12% dan 17%. Koreksi tersebut mencerminkan kekhawatiran mendalam investor terkait dampak jangka panjang dari kebijakan tarif terhadap kinerja korporasi dan stabilitas ekonomi global.

Meskipun Gedung Putih mencoba menampilkan sikap optimistis dalam dua hari terakhir melalui berbagai pernyataan mengenai potensi negosiasi, sejumlah analis menilai bahwa kerusakan yang telah ditimbulkan oleh perang tarif sulit untuk dipulihkan dalam waktu dekat.

Adam Crisafulli, analis pasar dan pendiri firma riset Vital Knowledge, mengungkapkan bahwa pasar mulai menyadari dampak destruktif dari pendekatan unilateral yang ditempuh oleh pemerintah AS.

Namun demikian, tidak semua berita dari pasar bersifat negatif. Pada hari Rabu, indeks Dow Jones melonjak hampir 3.000 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan kenaikan harian tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Lonjakan ini terjadi menyusul keputusan Presiden Trump untuk menangguhkan kebijakan “tarif timbal balik” terhadap puluhan negara selama 90 hari, kecuali terhadap Tiongkok.

Dari sisi makro ekonomi, inflasi tercatat mengalami penurunan lebih besar dari yang diperkirakan pada bulan Maret, sementara indikator ketenagakerjaan menunjukkan ketahanan pasar kerja. Meski demikian, dampak tarif mulai dirasakan melalui kenaikan biaya hidup, yang dapat membebani konsumsi rumah tangga ke depan.

Baca Juga :  Penghargaan Internasional untuk Brigjen SPK: Pemimpin Inspiratif dari NTT

Kekhawatiran publik terhadap kondisi ekonomi juga tercermin dalam survei terbaru dari University of Michigan, yang menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen berada pada titik terendah sejak masa awal pandemi COVID-19. Joanne Hsu, Direktur Survei Konsumen lembaga tersebut, menyatakan bahwa penurunan sentimen bersifat menyeluruh di seluruh kelompok demografis, baik dari sisi usia, pendapatan, pendidikan, hingga afiliasi politik. (Ein)

  • Bagikan