SN – Seorang pendeta asal Amerika Serikat, Josh Sullivan, dilaporkan diculik oleh sekelompok pria bersenjata saat sedang memimpin ibadah di sebuah gereja di Afrika Selatan. Insiden ini terjadi pada, Kamis (10/04/2025) malam, di Gereja Baptis Fellowship yang berlokasi di Motherwell, dekat kota pelabuhan Gqeberha. Informasi ini dikonfirmasi oleh pihak kepolisian setempat serta seorang rekan korban pada hari Jumat.
Berdasarkan laporan dari saksi dan pernyataan otoritas setempat, peristiwa penculikan pendeta tersebut diduga bermotif permintaan uang tebusan. Empat pria bersenjata yang menutupi wajah mereka diduga memasuki tempat ibadah saat kebaktian berlangsung, merampas dua unit telepon genggam, lalu membawa paksa Pendeta Sullivan yang berusia 45 tahun, sebelum melarikan diri dari lokasi kejadian.
Fenomena penculikan bermotif ekonomi—terutama oleh kelompok kriminal terorganisir—menunjukkan tren peningkatan di Afrika Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga telah mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui insiden penculikan terhadap salah satu warganya di negara tersebut.
Menurut pendeta lokal lainnya, Jeremy Hall, terdapat kemungkinan bahwa motif utama dari aksi penculikan tersebut berkaitan erat dengan permasalahan finansial. Hall menyampaikan bahwa pada saat kejadian, Sullivan tengah memimpin pertemuan doa bersama sekitar 30 orang, termasuk istri dan enam anaknya. Para pelaku penculikan tampaknya sudah mengenal identitas korban, dan secara spesifik menyasarnya.
Baca Juga : Kerja sama Penanggulangan Bencana BNPB – AFAD Turkiye
Mobil yang digunakan dalam penculikan ditemukan ditinggalkan sekitar satu mil dari lokasi gereja. Hingga saat ini, pihak kepolisian menyatakan bahwa belum ada permintaan tebusan resmi yang diajukan. Namun, apabila hal tersebut terjadi, maka penanganan kasus akan dialihkan kepada unit khusus bernama Hawks—divisi kepolisian yang menangani kejahatan berat, termasuk kejahatan terorganisir dan korupsi.
Pendeta Sullivan bersama keluarganya telah menetap di Afrika Selatan sejak November 2018, setelah sebelumnya berdomisili di Tennessee, Amerika Serikat. Dalam catatan di situs pribadinya, ia menyatakan tujuan misinya adalah mendirikan gereja yang melayani komunitas berbahasa Xhosa. Ia juga tercatat sebagai staf di Gereja Baptis Fellowship di Maryville, Tennessee sejak tahun 2012.
Insiden ini memicu reaksi luas di kalangan komunitas gereja dan para pendukungnya, yang menyampaikan dukungan dan doa melalui berbagai platform media sosial. Ungkapan harapan dan seruan spiritual turut disampaikan untuk keselamatan Sullivan serta keluarganya.
Dalam konteks yang lebih luas, kota Gqeberha juga mencatat kasus penculikan lain terhadap seorang warga negara Tiongkok pada minggu yang sama, menandai adanya peningkatan kekhawatiran atas keamanan publik. Berdasarkan data statistik tahun fiskal 2023–2024, terdapat lebih dari 17.000 kasus penculikan yang dilaporkan di Afrika Selatan, mengalami kenaikan sebesar 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, tingkat kekerasan bersenjata di negara tersebut juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari organisasi Gun Free South Africa, rata-rata 33 orang kehilangan nyawa setiap harinya akibat penggunaan senjata api. Hal ini memperkuat urgensi akan tindakan sistemik dalam penanganan kejahatan bersenjata dan penculikan di Afrika Selatan. (Red)
Tetap Terhubung Dengan Kami:


CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.