SN – Reaksi lambat militer Rusia terhadap serangan mendadak Ukraina dan rencana Ukraina untuk membuat zona penyangga di wilayah Kursk, seharusnya memaksa para pemimpin politik dan militer Barat untuk mempertanyakan asumsi yang mereka buat tentang perang yang telah berlangsung lama ini.
Namun, sejumlah anggapan tentang arah konflik telah terbalik sejak Kyiv melancarkan tindakan berani ini dengan invasi darat pertama ke Rusia, sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua.
Ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan Barat saat operasi ini berlangsung. Apa kemampuan Rusia yang sebenarnya dan kapasitas seperti apa yang dimilikinya untuk mendukung operasi militer berkelanjutan?
Tersirat dalam kebangkitan dan persenjataan NATO selama beberapa tahun terakhir adalah, keyakinan bahwa Rusia tidak akan berhenti menyerang Ukraina dan ingin melanjutkannya ke tempat-tempat seperti Negara Baltik. Salah satu negara bagian tersebut, adalah Kanada yang memimpin brigade multinasional.
Pengamat ahli, sebagian besar dari badan pertahanan dan intelijen Eropa, telah memperingatkan dengan nada serius, bahwa Barat hanya memiliki beberapa tahun untuk mempersiapkan kemungkinan konfrontasi dengan Moskow, dan mungkin dengan kekuatan otoriter lainnya.
Namun Ukraina yang selama ini bersikap defensif di wilayah timurnya, ternyata mampu melancarkan serangan mendadak terhadap Rusia. Hingga akhir pekan lalu, tujuan serangan itu masih diselimuti ambiguitas strategis.
Dalam pidatonya beberapa waktu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, serangan militer berani negaranya bertujuan untuk menciptakan zona penyangga guna mencegah serangan lebih lanjut oleh Moskow di seberang perbatasan.
Ini adalah pertama kalinya Zelenskyy mengutarakan tujuan operasi secara jelas dan terbuka, yang diluncurkan pada 6 Agustus lalu.
Asumsi pertama yang dihancurkan oleh operasi ini adalah, bahwa Ukraina tidak akan mampu mendapatkan kembali inisiatif hingga tahun depan.
Phillip Karber, yang mengajar di Universitas Pertahanan Nasional yang berpusat di Washington mengatakan, selama ini Barat secara pasif berasumsi Moskow mempunyai keuntungan, dan bahwa mereka akan terus maju di wilayah Donbass timur serta tidak ada alternatif strategis lainnya.
Beberapa pengamat berspekulasi, Ukraina mencoba menarik pasukan Rusia dari Donbass untuk mengurangi tekanan pada pasukannya di sana.
Jika memang demikian, kata Karber, pertaruhan itu “benar-benar belum membuahkan hasil” dan ia khawatir Ukraina akan segera menghadapi serangan balik yang gigih di salah satu atau kedua titik yang menonjol. Sasaran Rusia adalah menjebak pasukan Ukraina dalam kantong, sebuah taktik yang sangat baik digunakan Tentara Merah Soviet selama Perang Dunia Kedua.
Pelajaran yang dapat dipetik NATO adalah, terlepas dari gambar-gambar di media sosial tentang penyerahan diri tentara Rusia, keberhasilan upaya menciptakan zona penyangga ini masih jauh dari kata terjamin. “Unit Rusia tangguh,” kata Karber.
Baca Juga : Militer Israel Konfirmasi Telah Temukan Jasad 6 Sandera Yang Ditawan di Gaza
Mungkin memang begitu, tetapi pensiunan letnan jenderal AS Ben Hodges mengatakan peristiwa beberapa bulan terakhir telah mengungkap beberapa kelemahan penting baik pada militer Rusia maupun kompleks industri pertahanan negara itu.
“Kita berharap dapat mengetahui lebih jauh, tapi saya yakin ada banyak aset intelijen yang berfokus pada hal ini, apa kemampuan Rusia yang sebenarnya? Apa kemampuan mereka untuk mempertahankan operasi?” kata Hodges.
“Saya pikir sudah jelas sejak lama bahwa Rusia tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan Ukraina dari perang selama Barat terus memberikan bantuan, bahkan dalam jumlah yang sederhana seperti yang kami berikan sekarang.”
Banyak pakar telah memperingatkan bahwa Angkatan Darat Rusia sedang membangun kembali untuk menutupi kerugian peralatannya yang besar dan bahkan belajar dari jumlah korban yang sangat besar yang telah dideritanya.
“Saya belum melihat banyak perubahan besar atau inovasi di pihak Rusia,” kata Hodges, yang menjabat sebagai komandan Angkatan Darat AS di Eropa.
“Sepertinya mereka hanya mencoba melakukan hal yang sama terus-menerus, dan tentu saja mereka akan kehilangan ribuan pasukan dan pemimpin berpengalaman yang kini digantikan oleh mereka yang tidak terlatih atau berpengalaman, tutupnya (Red)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.