Simon Petrus Kamlasi Diterima Secara Adat di Sabu Raijua: Diberi Nama Ma Pannu Pe

Kontributor : SN Editor: Redaksi
IMG 20241121 205846

SN – Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK), melakukan kunjungan bersejarah ke Kampung Adat Namata di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua. Dalam kunjungan ini, SPK disambut secara adat oleh para penjaga adat Kampung Namata, menandakan penerimaan dirinya sebagai bagian dari keluarga besar masyarakat Sabu.

Sebagai simbol penerimaan, Simon Petrus Kamlasi diberi nama adat Ma Pannu Pe, yang berarti “bulan terang selepas purnama.” Nama ini memiliki makna mendalam sebagai harapan agar SPK bersinar sebagai pemimpin tanpa memandang perbedaan. Sang istri, Esther Meilani Kamlasi-Siregar, juga diberi nama adat Ina Ratu, yang melambangkan seorang perempuan pemimpin yang bijaksana dan mampu mengayomi kaumnya.

Advertisement
WhatsApp Image 2024 09 26 at 19.10.59
Scroll kebawah untuk lihat konten

Penerimaan Adat yang Penuh Makna

Marihi, penjaga dan juru kunci rumah adat Kampung Namata, menjelaskan bahwa pemberian nama adat kepada SPK merupakan simbol penerimaan secara adat. “Nama Ma Pannu Pe diambil dari nama bapak Simon Petrus sendiri. Artinya, bulan terang setelah purnama, yang melambangkan harapan agar beliau menjadi pemimpin yang bersinar dan membawa keadilan,” ungkap Marihi.

Selain itu, penerimaan ini juga menandakan bahwa SPK telah menjadi bagian dari keluarga besar masyarakat Sabu. “Jika sudah menjadi keluarga, maka kami akan saling mendukung. Kami mendoakan agar SPK sukses menjadi pemimpin di NTT,” tambah Marihi.

SPK: Nama Ma Pannu Pe Akan Selalu Saya Banggakan

Dalam sambutannya, SPK mengungkapkan rasa haru atas penyambutan dan pemberian nama adat tersebut. Ia merasa terhormat menjadi bagian dari masyarakat Sabu dan akan selalu memperkenalkan dirinya dengan nama adat tersebut.

“Nama Ma Pannu Pe ini akan menjadi pengikat saya dengan orang Sabu Raijua. Saya bangga dan merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai budaya Sabu,” ujar SPK dengan penuh haru.

Baca Juga :  Simon Petrus Kamlasi: Sosok Pemimpin Visioner untuk Masa Depan NTT

Komitmen Revitalisasi Kampung Adat

Sebagai bentuk apresiasi, SPK berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan kampung adat seperti Namata. Ia menjelaskan bahwa dalam program SIAGA (Simon Kamlasi-Adrianus Garu), revitalisasi rumah adat menjadi salah satu prioritas untuk meningkatkan pariwisata dan melestarikan budaya lokal.

“Kampung adat adalah simbol harga diri dan kebanggaan masyarakat. Kami akan memastikan sarana dan prasarana di kampung adat seperti Namata ini mendapat perhatian penuh agar dapat menarik wisatawan dan menjadi pusat pelestarian budaya,” tegasnya.

SPK menambahkan bahwa pariwisata berbasis budaya akan menjadi salah satu prime mover pembangunan di NTT. Dengan menata kampung adat dan situs budaya, NTT dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Harapan Masyarakat Sabu untuk Pemimpin Baru

Kunjungan SPK ke Kampung Adat Namata tidak hanya memberikan kesan mendalam, tetapi juga menjadi momen penting bagi masyarakat Sabu untuk menyuarakan harapan mereka.

“Beliau datang pada saat yang tepat, di mana kami sedang mempersiapkan kebun untuk masa tanam. Kami percaya, SPK akan membawa masa depan yang lebih cerah bagi NTT,” ujar Marihi penuh harap.

Kehadiran SPK di Kampung Namata menjadi bukti nyata bahwa budaya dan tradisi tetap menjadi bagian penting dalam perjuangan politik dan kepemimpinan.

 

 

  • Bagikan