SN – Kepala BPS NTT, Matamira Kale, menjelaskan Pada bulan September 2024, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 105,06. Peningkatan inflasi ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, khususnya kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan sebesar 0,74 persen, sementara kelompok transportasi mengalami lonjakan signifikan sebesar 1,62 persen. Kenaikan ini memberikan kontribusi besar terhadap inflasi yang tercatat di provinsi tersebut. Selain itu, beberapa kelompok lain seperti pakaian dan alas kaki mengalami kenaikan sebesar 1,05 persen, kelompok kesehatan naik 0,71 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran naik tajam hingga 3,25 persen.
Di sisi lain, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami penurunan indeks harga, seperti kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang turun 0,11 persen. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami penurunan sebesar 0,79 persen, yang turut membantu menahan laju inflasi secara keseluruhan.
Secara spesifik, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang yang mencapai 2,17 persen dengan IHK sebesar 105,27, menjadikan kota ini sebagai kontributor utama inflasi di NTT. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dengan penurunan harga sebesar 1,32 persen dan IHK sebesar 104,16.
Meski inflasi secara year on year mencapai 1,07 persen, NTT mencatat deflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,03 persen pada September 2024, serta deflasi year to date (y-to-d) sebesar 0,09 persen. Ini menunjukkan adanya dinamika harga yang cukup kompleks di provinsi ini, di mana kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran disertai dengan penurunan di kelompok lainnya.
Kenaikan harga makanan dan transportasi memberikan dampak langsung terhadap biaya hidup masyarakat NTT, terutama di daerah perkotaan seperti Kota Kupang. Sementara itu, deflasi di beberapa wilayah, seperti Kabupaten TTS, menunjukkan adanya perbedaan pola konsumsi dan tekanan harga yang berbeda-beda antar wilayah di NTT.
Dengan inflasi yang masih terkendali, NTT diharapkan dapat menjaga stabilitas harga agar tidak terlalu membebani masyarakat, terutama di sektor-sektor vital seperti makanan dan transportasi yang sangat mempengaruhi kesejahteraan warga.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.