RRC Buka Ruang Dialog Berharap AS ambil Langkah Konstruktif

RRC

SN – Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan Republik Rakyat China (RRC), He Yongqian, pada hari, Kamis (10/04/20254) kemarin, menyampaikan harapan bahwa Amerika Serikat akan mengambil langkah konstruktif guna meredakan ketegangan dalam sengketa dagang yang tengah berlangsung antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Pernyataan ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan penangguhan sementara terhadap tarif impor yang lebih tinggi bagi sejumlah negara, namun tetap melanjutkan eskalasi tarif terhadap produk-produk asal Tiongkok.

Advertisement
Iklan Disini
Scroll kebawah untuk lihat konten

Dalam konferensi pers resmi, Juru Bicara Kementerian Perdagangan RRC, He Yongqian, menegaskan bahwa posisi negaranya konsisten dan tidak berubah. Ia menyatakan bahwa RRC tetap membuka ruang untuk dialog dan perundingan, namun hanya dalam kerangka yang setara dan berdasarkan prinsip saling menghormati.

“Kami akan bertahan pada prinsip dan posisi kami hingga akhir. Pendekatan berupa tekanan, ancaman, maupun pemaksaan bukanlah mekanisme yang sesuai dalam menangani hubungan dengan RRC. Kami berharap Amerika Serikat bersedia bekerja sama berdasarkan asas penghormatan timbal balik, koeksistensi damai, dan kemitraan yang saling menguntungkan, agar perbedaan ini dapat diselesaikan melalui mekanisme dialog dan konsultasi yang sehat,” ungkap He.

Sementara itu, Presiden Amerika, Donal J Trump pada Rabu malam mengumumkan penangguhan kenaikan tarif terhadap sebagian besar negara, namun tetap menaikkan bea masuk untuk produk Tiongkok dari 104% menjadi 125%. Tarif ini mulai diberlakukan pada hari Kamis kemarin, bersamaan dengan kebijakan balasan dari pihak Beijing yang menerapkan tarif sebesar 84% terhadap sejumlah barang impor asal Amerika Serikat.

Baca Juga : Tiongkok Umumkan Peningkatan Tarif Atas Produk AS Sebesar 84%

Lebih lanjut, He Yongqian menekankan bahwa Tiongkok tidak pernah memulai konflik, namun juga tidak akan mundur ketika dihadapkan pada tekanan. “Kami tidak mencari konfrontasi, namun tidak gentar menghadapinya. Hak untuk membangun masa depan bangsa dan kesejahteraan rakyat Tiongkok—serta hak pembangunan bangsa-bangsa lain—tidak dapat diganggu gugat. Prinsip kedaulatan, keamanan nasional, dan kepentingan pembangunan harus dijaga,” tegasnya.

Baca Juga :  Venezuela Bebaskan 6 Tahanan Asal AS

Kementerian Luar Negeri Tiongkok RRC menyuarakan sikap yang lebih tegas. Juru Bicaranya, Lin Jian, menyampaikan bahwa langkah Amerika Serikat yang dianggap sepihak dan tidak adil tersebut bertentangan dengan aspirasi masyarakat internasional dan pada akhirnya akan menemui kegagalan.

“Dalam setiap bentuk perang tarif atau perang dagang, tidak ada pihak yang menang. Meskipun RRC tidak menginginkan konflik ini, kami tidak akan tinggal diam jika hak dan kepentingan sah rakyat kami terancam. Kami juga tidak akan membiarkan sistem perdagangan multilateral dan aturan-aturan internasional dirusak,” ujar Lin.

Ia juga menambahkan bahwa apabila Amerika Serikat tetap bersikeras melanjutkan tindakan proteksionisnya, Tiongkok akan tetap teguh dan melawan hingga akhir.

Sementara itu, Trump menyatakan keyakinannya akan kemungkinan tercapainya kesepakatan dengan Tiongkok, namun menyiratkan skeptisisme terhadap kesanggupan mitranya. “Tiongkok ingin mencapai kesepakatan. Masalahnya, mereka belum tahu bagaimana cara melakukannya,” ujar Trump di Gedung Putih.

Di sisi lain, respon dari Eropa cenderung lebih tenang namun penuh kewaspadaan. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, melalui pernyataan di media sosial, menyampaikan bahwa Uni Eropa akan menunda penerapan tarif balasan terhadap barang-barang dari Amerika Serikat selama 90 hari. Langkah ini dimaksudkan untuk membuka ruang bagi diplomasi dan perundingan lebih lanjut.

“Kami ingin memberikan kesempatan bagi proses negosiasi. Walaupun langkah balasan dari Uni Eropa telah memperoleh dukungan luas dari negara-negara anggota, implementasinya akan kami tunda untuk sementara waktu,” kata von der Leyen.

Pemimpin Eropa sebelumnya telah menekankan pentingnya stabilitas dan kejelasan dalam kebijakan perdagangan global, sebagai prasyarat utama bagi kelangsungan rantai pasok internasional. Holger Schmieding, Kepala Ekonom di Berenberg Bank di Jerman, menyampaikan pandangan serupa “Risiko ketidakpastian tetap tinggi,” ujarnya, mengacu pada fluktuasi kebijakan yang dapat berdampak luas terhadap dinamika pasar global. (Red)

Baca Juga :  Tiongkok Umumkan Peningkatan Tarif Atas Produk AS Sebesar 84%
  • Bagikan