SN – Bertempat di Aula St Paulus Universitas Kristen Arta wacana (UNIKA) Kupang, hari Rabu,(13/11/2024) diadakan Seminar Nasional untuk Herman Yoseph Fernandez, sebagai runutan dari persyaratan penyematan Gelar Pahlawan Nasional untuk Sang Mutiara Timur yang terlupakan.
Herman Yoseph Fernandez adalah putra asli NTT yang gugur, saat mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Indonesia di Sidobunder, Kebumen, Jawa Tengah.
Ia adalah putra asli NTT yang lahir pada 03 Juni 1925, beliau adalah anak dari Markus Suban Fernandez dan Fransiska Theresia Pransa Carvalho Kolin, keduannya adalah putra-putri asli Lamaholot Flores timur.
Pada tahun 1939 Herman masuk Schakel School di Ndao, dan tamat pada tahun 1941, lalu karena keinginan tahuannya yang tinggi dia lalu memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke Hollands Inlandsche Kweekshcol (HIK) Muntilan di pulau jawa.
Disinilah Herman muda mulai berubah sikap, yang tadinya sangat Flores sentris sebab lahir dan besar di pulau Flores, menjadi Indonesia sentris karena bertemu dengan pelbagai orang dari suku bangsa yang ada di Nusantara, disini pula Herman bertemu dengan banyak teman baru di antaranya Yos Sudarso, Alex Rumambi, Cornel Simanjuntak, Liberty Manik, Binsar Sitompul, dan lainnya.
Baru satu tahun merajuk asa dengan belajar di sekolah bergengsi kala itu, Herman Yoseph Fernandez sudah dihadapkan dengan kenyataan pahit, karena HIK Muntilan harus di tutup akibat pendudukan Jepang di pulau jawa pada 1942.
Herman dan teman-temannya dipaksa menjadi Seinendan dan Keibodan untuk membantu tentara Jepang melawan sekutu dalam perang dunia ke 2, pada tahun 1943 ia dipaksa bekerja sebagai Romusha di tambang batu bara Bayah, di Banten selatan, disitulah ia bertemu dengan tokoh pahlawan nasional lainnya yaitu Tan Malaka.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Herman dan teman-temannya akhirnya bebas dari kerja paksa dan kembali ke Yogyakarta. Lalu pada tahun 1947, Herman bergabung dengan Tentara Pelajar Sulawesi (PERPIS) dan terlibat dalam pertempuran hidup mati di Sidobunder, setelah menyelamatkan teman karibnya Alex Rumambi, ia di tangkap dan pada akhirnya di jatuhi hukuman mati pada 31 Desember 1948.
Kisah heroik Herman Yoseph Fernandez yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi mengusir penjajah, adalah wujud nyata dari sikap patriotisme tanpa pamrih demi kemerdekaan ibu Pertiwi, ini salah satu contoh dari kesederhanaan adat ketimuran yang memegang teguh tanggung jawab dan moral dalam berbangsa dan bertanah air. Oleh karena itu, sangatlah pantas Herman Yoseph Fernandez diberi gelar Pahlawan Nasional dari Flores, Nusa Tenggara Timur. (Red)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.